Sejak melihat anak mereka lahir dengan wajah sumbing dan tanpa tempurung kepala, dunia Pak Ayi dan Bu Irma seakan runtuh. Bayi kecil mereka, Yasin, membutuhkan perhatian intensif setiap saat

“Ya Allah, kami ridho dan ikhlas. Tapi setiap kali melihat buah hati kami menahan sakit… hati kami hancur,” bisik Pak Ayi sambil menatap anaknya, tubuhnya lelah setelah seharian bekerja sebagai buruh jahit dengan upah tak menentu.

Setiap pagi hingga malam, Pak Ayi mengayunkan jarum dan mesin jahitnya untuk mencari orderan. Setiap rupiah yang ia dapat harus dibagi untuk kontrakan, kebutuhan dua anaknya yang lain, dan biaya hidup sehari-hari. Tapi ada satu hal yang tak bisa ditunda yaitu proses kesembuhan yasin.

Setiap detik, ia harus sigap merawat Yasin. Mengganti selang makan (NGT) seminggu sekali, memastikan perban di kepalanya tetap lembab dengan cairan NaCl agar otak Yasin tidak mengering, hingga meneteskan cairan khusus untuk menjaga kondisi anaknya. Semua itu menjadi rutinitas penuh cinta, meski melelahkan.

“Yang paling saya takutkan… kalau kami tidak ada, siapa yang akan merawat Yasin? Saya hanya bisa berdoa agar Allah beri kami kekuatan,” ucap Bu Irma lirih sambil menundukkan kepala.

Kini, di usianya yang baru 30 hari, Yasin belum bisa menjalani operasi apa pun. Dokter masih melakukan observasi untuk menentukan tindakan terbaik. Sementara itu, berbagai alat kesehatan harus selalu tersedia agar Yasin bisa bertahan hidup: susu khusus seperti Pediasure untuk asupan gizi, selang NGT yang harus diganti secara rutin, serta perban dan cairan NaCl untuk menjaga kelembaban bagian kepala yang tidak terlindungi tempurung.

Hidup keluarga kecil ini penuh ketidakpastian. Biaya pengobatan Yasin yang sangat mahal, sebagian tidak ditanggung oleh BPJS, dan sederet operasi besar sudah menunggu di depan mata. Namun, di tengah kelelahan dan rasa takut, Pak Ayi dan Bu Irma tetap berdiri tegak. Mereka berjuang sepenuh hati demi buah hati mereka, demi Yasin yang setiap tangisnya menyimpan harapan untuk hidup lebih lama.

SahabatAmal, di balik setiap tangis bayi Yasin ada perjuangan orang tua yang tak terlihat. Mereka tidak meminta pamrih, hanya ingin memberikan yang terbaik untuk buah hati mereka.

Penerima Manfaat beralamat di Baleendah, Kab Bandung

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta untuk memenuhi kebutuhan alat penunjang kesehatan Yasin sambil menunggu waktu untuk operasi. Jika terdapat kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lain melalui program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	114
Donasi	Rp5.787.199
Tersalur	Rp0
Penerima