Pak Redi, seorang ayah dan pencari nafkah yang berusia 39 tahun, kini hanya bisa terbaring di dalam rumah reyot yang nyaris roboh. Setiap hari, tubuhnya diliputi rasa sakit yang luar biasa. Luka bakar di sekujur tubuhnya belum juga kering. Kulitnya melepuh, perih, dan terus mengeluarkan cairan seperti darah bercampur lendir.

"Dulu saya bisa kerja, angkat pasir, bantu keluarga. Sekarang, bangun dari kasur saja susah..."

Berawal dari kejadian 10 bulan lalu, hidup Pak Redi berubah total. Saat bekerja di pertambangan pasir, ia mencoba menyalakan api untuk pembakaran. Tanpa disadari, ada bensin tak jauh dari sana. Dalam hitungan detik, api menyambar dan membakar tubuhnya. Ia berteriak keras panik, takut, sakit. Tubuhnya nyaris hangus terbakar hidup-hidup.

Untungnya, rekan-rekan kerjanya sigap dan berhasil memadamkan api. Namun, kerusakan pada tubuh Pak Redi sudah terlanjur parah. Kedua tangan, kaki, badan, bahkan wajahnya terluka. Pakaiannya meleleh dan menempel ke kulit.

Istrinya, Bu Susi Andriyani (37), menangis histeris saat melihat kondisi suaminya. Tanpa pikir panjang, ia bersama para pekerja langsung membawa Pak Redi ke puskesmas terdekat. Namun, perawatan di sana terbatas.Sehingga menyebabkan luka pak redi belum sembuh juga, karena adanya keterbatasan biaya. Ia masih mengerang kesakitan setiap hari. Mereka ingin membawanya ke rumah sakit besar, tapi untuk makan pun keluarga ini harus berhemat.

"Untuk berobat nggak ada uang. Salep pun cuma bisa beli yang harganya delapan ribu..." – Ujar Bu Susi. Kini Pak Redi hanya bisa pasrah. Ia tak bisa lagi bekerja, padahal keluarganya sangat bergantung padanya.

Peran pencari nafkah kini diambil alih Bu Susi, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan penghasilan hanya Rp50.000 per hari. Itu pun tak selalu ada pekerjaan setiap hari. Anak-anak mereka, Saepul (15) dan Siti (9), ikut membantu: dari merawat sang ayah, mencari kayu bakar, bahkan menjualnya ke tetangga demi bisa beli makan.

“Kadang cuma bisa makan sekali sehari. Tapi ibu tetap bersyukur, yang penting bapak masih hidup.” – Bu Susi

Pak Redi hanya ingin sembuh. Ia ingin kembali berdiri, bekerja, dan memberi makan keluarganya seperti dulu. Tapi tanpa bantuan, luka itu tak kunjung pulih. Donasi dari kamu bisa menjadi pengobatan, makanan, dan harapan untuk keluarganya.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya renovasi rumah, dan biaya pendidikan anak dari Pak Redi dan Bu Susi. Jika terdapat kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya di bawah naungan program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	5
Donasi	Rp130.000
Tersalur	Rp0
Penerima