Saat di pagi hari, Mutia berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Usianya baru 9 tahun, tapi semangatnya jauh melampaui anak seusianya. Sore harinya, bukannya bermain atau istirahat, ia justru memanggul dagangan kue basah yang ia jual keliling kampung. Harganya hanya Rp2.000 per buah. Kadang laku, kadang tidak. Tapi Mutia tetap berjualan.

"Mau bantu Ibu... sama buat nabung beli seragam," ucapnya pelan.

Mutia kini duduk di kelas 3 SD di Bandung. Ayahnya telah lama meninggal, dan sejak itu ia tumbuh bersama sang ibu yang bekerja keras seorang diri. Namun penghasilan sang ibu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, apalagi pendidikan.

Mutia tak punya peralatan sekolah yang layak. Seragamnya lusuh, alat tulisnya seadanya. Ia harus menahan ejekan teman-temannya karena berjualan seusai sekolah. Tapi Mutia tidak peduli. Baginya, menuntut ilmu adalah harga yang pantas diperjuangkan, meski harus dibayar dengan lelah dan air mata.

Yang lebih menyedihkan, kini kontrakan mereka pun menunggak. Jika tak segera dibayar, Mutia dan ibunya bisa kehilangan tempat tinggal. Mutia adalah gambaran nyata dari generasi muda yang gigih dan pantang menyerah. Mari bantu Mutia mendapatkan masa depan yang ia impikan.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta biaya pendidikan Mutia dan modal usaha sang ibu. Insya Allah, jika ada kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lain melalui program-program kemanusiaan Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	3
Donasi	Rp55.000
Tersalur	Rp0
Penerima