Di balik senyum si kembar, Aldi dan Aldo (16 tahun), tersimpan kisah perjuangan yang menggetarkan hati. Mereka bukan hanya siswa berprestasi, tapi juga tulang punggung keluarga yang sejak lima tahun lalu kehilangan sosok ibu tercinta. Saat itu, Ibu Aldi dan Aldo sedang sakit. Suatu pagi, beliau terjatuh di kamar mandi dan meninggal dunia itu terjadi ketika si kembar kelas 3 SD

Sejak kepergian sang ibu, semua beban keluarga dipikul oleh sang ayah, Pak Herman (44 tahun), yang sehari-hari bekerja sebagai pencari rumput, buruh serabutan, dan buruh angon ternak milik tetangga. Dengan penghasilan yang tak menentu, terkadang hanya Rp20 ribu sehari dan pak herman pernah pulang dengan tangan kosong, dan dari penghasilan yang didapat harus mencukupi kebutuhan tiga anak bukanlah perkara yang mudah.

Namun di hadapan pusara sang istri, Pak Herman pernah berjanji
"Aku akan jaga mereka, akan kubesarkan dengan kasih sayang yang aku punya."

Janji itu yang kini menguatkan langkah Pak Herman dan ketiga anaknya Aldi dan Aldo, yang kini duduk di kelas 9 Madrasah Tsanawiyah (setara SMP), adalah siswa yang berprestasi. Mereka selalu masuk peringkat 10 besar di kelas Aldi peringkat 9, Aldo peringkat 10. Selain aktif di futsal, silat, dan marawis, keduanya juga pernah meraih juara 1 di lomba futsal dan silat.

Meski begitu, keduanya belum pernah mendapatkan beasiswa. Biaya sekolah masih sepenuhnya ditanggung sang ayah yang penghasilannya serabutan. Karena keterbatasan ekonomi, Aldi dan Aldo sempat menunda masuk sekolah saat mau masuk ke sekolah menengah pertama karena ayah mereka belum mendapatkan uang untuk biaya daftar ulang. Kini, keduanya terancam putus sekolah jika tidak ada biaya.

Setiap pagi, Aldi dan Aldo berjalan kaki satu jam menuju sekolah, tanpa uang saku yang diberikan. Meski akses untuk kebutuhan sehari-hari di kampung mereka tidak terlalu sulit, perjalanan ke sekolah tetap berat.

Sepulang sekolah, mereka membantu ayahnya berjualan semangka dari kebun tetangga. Di sela-sela berjualan, keduanya tetap semangat belajar, bahkan sering terlihat membaca buku di lapak semangka mereka. Selain itu, mereka juga membantu bapaknya berkebun dan mengurus ternak sapi milik tetangga dan Adik mereka yang bungsu, kini duduk di kelas 1 SD.

Di tengah segala keterbatasan, si kembar tetap memupuk harapan besar ingin menjadi pesilat atau pemain futsal profesional, agar kelak bisa membanggakan sang ayah yang telah berjuang sendiri membesarkan mereka.

Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari si kembar dan keluarganya, memenuhi biaya pendidikan si kembar serta membantu memberikan modal usaha untuk Pak Herman. Jika ada kelebihan dana akan diberikan ke penerima manfaat lainnya dibawah naungan yayasan sahabat beramal jariyah.

Donatur	2
Donasi	Rp45.000
Tersalur	Rp0
Penerima