“Lamun cai pinuh mah saung teh sok ngambang, komo lamun aya hujan angin pas cai pinuh, Abah mah ngan saukur bisa pasrah we kanu Kawasa..” (Abah Yusuf)

Gubuk yang berada di pinggir lereng waduk itu jelas tak memiliki sumber penerangan. Saat aku mengira tak satu pun orang yang akan menempatinya, terlihat seorang kakek keluar dari gubuk itu. Dia adalah Abah Yusuf (70), lansia yang bertahan hidup seorang diri dengan menjala ikan.

Atapnya terlihat abstrak karena terbuat dari gabungan bahan-bahan bekas seperti seng, gabus dan asbes. Tak berbeda jauh dengan dindingnya yang dibangun dari bilik bambu, triplek dan papan limbah waduk yang penuh lubang. Jangan ditanya perabot atau perlengkapan rumah, pakaian pun hanya nampak beberapa helai menggantung di dinding gubuk.

Tak disangka Abah Yusuf harus bertaruh nyawa menghuni tempat ini. Belum lagi saat malam tak ada penerangan lampu, Abah harus diam di tengah kegelapan ditemani sebuah lampu minyak kecil dan deru angin yang tak henti menghantam.

Abah berprofesi sebagai seorang penjala ikan yang tak memiliki penghasilan yang jelas. Terlihat dari kondisinya saat ini, jangankan untuk memperbaiki ‘istananya’, untuk makan saja tak jarang Abah harus puas memakan apa saja yang ia dapat dari pinggir danau.

“Aya keong, kepiting, naon we nu aya. Lamun teu tiasa meser beas mah Abah nuang naon wae, lamun teu aya nanaon ge nya paling Abah puasa,” Abah Yusuf.

Di bawah sinar matahari yang kian menyengat, Abah Yusuf masih berusaha menebarkan jalanya agar mendapatkan sedikit ikan untuk ditukar dengan secangkir beras pengganjal perut. Namun sayang kemarau panjang tampaknya membuat Abah semakin sulit mendapatkan hasil.

Sudah sepuluh tahun Abah tinggal di gubuk itu. Sejak istrinya berpulang, ia harus mengarungi kerasnya kehidupan seorang diri. Kedua anak yang pernah ia perjuangankan pergi merantau berusaha mencari kehidupan yang lebih baik entah kemana. Tinggalah kini Abah Yusuf melalui hari senjanya seorang diri di tengah himpitan ekonomi dan keterbatasannya.

Sahabat Amal, sedikit uluran tangan kita akan sangat berdampak besar dalam kehidupan Abah Yusuf di sisa usianya dengan memiliki rumah yang layak dan modal usaha agar ia tak lagi harus menahan lapar.

Yuk bantu Abah Yusuf bisa menikmati masa tuanya dengan bahagia dengan cara:

Klik tombol “Donasi”
Masukkan nominal Infak Sahabat
Masukkan data yang diperlukan
Klik tombol “Lanjutkan”
Pilih metode pembayaran (Kartu Kredit/Debit/Transfer Bank/Alfamart/GoPay/ShopeePay)
Klik tombol “Bayar Sekarang” dan selesaikan pembayaran

Ajak keluarga dan kerabat lainnya untuk share link ini via WhatsApp dan Facebook. InsyaAllah lewat kebaikan dari ajakan kita, Sahabat pun akan mendapatkan pahalanya.

Mari sampaikan kabar gembira dengan lebih dekat dan berdampak.

Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, pembelian atau pembangunan rumah layak huni dan modal usaha untuk Abah Yusuf. Sebagian dana yang terkumpul juga akan digunakan untuk membantu saudara-saudara lain yang membutuhkan bantuan di bawah naungan dan pendampingan Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	272
Donasi	Rp6.540.108
Tersalur	Rp6.540.108
Penerima	1 Jompo Tersantuni