Bapak yang menginginkan banyak kebahagiaan pada anak-anak lainnya ini ternyata menyimpan kesedihan terhadap anaknya sendiri.

Terlahir tanpa kaki dan tangan yang sempurna, Pak Cecep tak pernah bergantung pada orang lain.
Berjualan aksesoris keliling, beliau adalah sosok ayah yang tak kenal lelah demi anak tersayangnya bisa dengan segera sembuh. Meski dalam sehari seringnya beliau hanya mampu mengumpulkan uang yang cukup untuk makan satu kali sehari saja, beliau tetap bersyukur.

“Ingin lihat Anisa bisa main lari-lari bahagia sama temen-temennya, sedih lihat kondisinya begini, ingin bisa bawa terapi lagi tapi apa daya saya Kang.. Maafin bapak ya nak.” Ujar Pak Cecep sembari mengelus kepala Anisa.

Anak satu-satunya, Anisa mengidap penyakit Cerebral Palsy. Otak kanannya alami kerusakan sehingga ia harus rutin jalani fisioterapi. Namun karena keterbatasan ekonomi, hingga kini anaknya tak pernah jalani perawatan apapun.

Padahal kini anaknya tidak dalam kondisi baik.

Selain alami keterlambatan pertumbuhan, badannya pun kurus karena berat badannya susah sekali naik. Berakibat buruk, anaknya terancam kelumpuhan otak permanen jika tak segera jalani fisioterapi.

***

Begitupun dengan perjuangan Kang Opan,
Terlahir dengan kondisi istimewa tak menghalangi kang Opan (48) warga Bunijaya Gununghalu ini berjuang menafkahi keluarga kecilnya. Meski hanya mampu berjalan menggunakan kedua tanganya yang juga kurang sempurna, namun kang Opan tidak pernah menolak jika ada orang yang memintanya datang untuk memperbaiki Televisi atau alat elektronik lainya.

Tak mudah bagi kang Opan jika ingin bepergian, karena gubuk panggung mungilnya berada cukup terpencil di kaki bukit yang terjal membuat kang Opan terkadang harus menginap di rumah pelanggan atau bahkan di mesjid atau mushola jika cuaca sedang kurang bersahabat atau jika Ia kemalaman di jalan. Basah kuyup dan kotor bahkan terluka akibat tertusuk beling dan kerikil tajam sudah biasa bagi kang Opan.

Namun rasa tanggungjawab dan cintanya terhadap leluarga melebihi segala keterbatasan fisiknya. Tanpa mengeluh panas hujan tak Ia hiraukan kalau ada panggilan service dimanapun pasti kang opan berangkat menyongsongnya. Meski kadang ketika sampai di tempat tujuan ternyata Ia tak berhasil memperbaiki orderanya tersebut. Tak jarang ia pulang dengan tangan hampa.

"Saya pasti khawatir dan tak tenang jika suami saya berangkat nyerpis, terutama jika jaraknya jauh, takut kenapa-kenapa dan kelaparan di jalan apalagi kalau musim hujan kayak sekarang. Kasihan Ia kadang sampai nginep di jalan" Sang istri Bu Ani (44) bertutur kepada kami sambil tertunduk.

***
Juga kehebatan Bu Aisyah,
Sejak kecil mak Isah (48) telah menderita penyakit Polio, keadaannya itu diperparah dengan kejadian saat ia berusia 8 tahun. Mak Isah mengalami kecelakaan pada saat ia kecil, hal itulah yang menyebabkan mak Isah tak mampu lagi menggunakan kedua kakinya untuk berjalan. Namun ia tak menyerah akan keadaannya itu. Ia berusaha menggunakan kedua tangannya untuk tetap bisa berjalan sendiri tanpa merepotkan orang lain.

Mak Isah juga pernah punya usaha warung kecil-kecilan, namun sayangnya wabah global membuat usahanya bangkrut. Belum lagi ia juga harus menerima kenyataan pahit bahwa rumah tempat ia tinggal sekaligus warung kecilnya itu harus habis termakan api. Tak ada sisa harta benda yang ia miliki kala itu.

Saat ini mak Isah memulai usaha kecil-kecilan di samping jalan, ia mencoba mengambil peruntungan untuk berjualan rambutan. Ia tau dengan kondisi tubuhnya akan banyak resiko yang harus ia hadapi. Terkadang ia juga terpaksa harus berkeliling menjajakan jualannya saat ia tak mendapatkan pembeli di jalan. Itulah mengapa kaki mak Isah terkadang bisa terluka bahkan hingga bengkak. Ia hanya bisa berusaha menahan rasa sakit itu agar ia tetap bisa mendapatkan sedikit rupiah.

***

Sahabat, sebagai sesama manusia sepatutnya kita membantu sesama sebab di mata Tuhan kita semua sama dan yang membedakan adalah kebaikan yang kita tanam selama di dunia. Mari bantu para disabilitas ini bisa bertahan hidup dan keluar dari kesusahan lewat uluran tangan kita.

Bantu para difabel tulang punggung keluarga dengan cara:

Klik tombol “Donasi”.
Masukkan nominal Infak Sahabat.
Masukkan data yang diperlukan.
Klik tombol “Lanjutkan”.
Pilih metode pembayaran (Debit/Transfer Bank/Alfamart/GoPay/ShopeePay).
Klik tombol “Bayar Sekarang” dan selesaikan pembayaran.

Ajak keluarga dan kerabat lainnya untuk share link ini via WhatsApp dan Facebook.

InsyaAllah setiap kebaikan dari ajakan kita, maka Sahabat pun akan mendapatkan pahalanya.

Donatur	68
Donasi	Rp2.175.541
Tersalur	Rp0
Penerima