Sejak 10 tahun lalu, Kang Kusnadi (33) dan Teh Santi (22) menjalani hidup yang penuh ujian. Anak satu-satunya, Kaisal, lahir dengan lumpuh otak (meningitis). Berat tubuhnya kini hanya 6,5 kg lebih ringan dari anak balita dan di usianya yang sudah satu dekade, ia masih harus memakai popok dan minum susu khusus yang harganya mahal.

Penghasilan Kang Kusnadi sebagai buruh jahit konveksi tidak menentu. Saat tempat kerjanya sepi, ia harus berkeliling mencari konveksi lain demi membawa pulang uang. Sementara Teh Santi menghabiskan hari-harinya merawat Kaisal yang tubuhnya kaku, tak bisa duduk atau berdiri, dan sering kejang hingga 10 kali sehari.

Setiap bulan, mereka harus membawa Kaisal kontrol dan fisioterapi di rumah sakit yang jaraknya jauh. Ongkosnya tidak sedikit—kadang Kang Kusnadi terpaksa menggadaikan barang-barangnya agar perjalanan bisa terlaksana.

Bahkan, sering kali ongkos hanya cukup untuk satu orang, sehingga Teh Santi rela menggendong Kaisal berjalan jauh demi memastikan anaknya tetap mendapatkan perawatan.

Kaisal pernah mengalami gizi buruk, susah BAB, bahkan sampai tak bisa makan dan minum hingga bibirnya membiru. Meski dokter mengatakan kondisinya tidak akan sama seperti anak-anak lainnya, kedua orang tua ini tetap memegang harapan.

“Harapan saya cuma satu… ingin lihat Kaisal sehat, bisa lari seperti anak-anak lain. Dari lahir saya belum pernah lihat senyumnya” ucap Teh Santi lirih.

Kini, perjuangan mereka terus berjalan, meski lelah dan biaya yang harus dikeluarkan semakin berat. Mereka hanya ingin satu hal: agar Kaisal tetap bisa menjalani terapi, mendapatkan gizi yang cukup, dan memiliki kesempatan hidup yang lebih baik.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk biaya kontrol dan fisioterapi rutin Kaisal, kebutuhan harian seperti popok dan susu khusus, serta ongkos perjalanan ke rumah sakit. Jika terdapat kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lain di bawah naungan program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	9
Donasi	Rp370.000
Tersalur	Rp0
Penerima