“Dulu saya tinggal di kolong jembatan bersama anak saya. Sekarang, Alhamdulillah bisa menumpang di rumah bibi,” ujar Bu Intan lirih.

Hidup seolah tak memberi ampun bagi Bu Intan dan putranya, Arfan (2). Sejak lahir, Arfan harus berjuang melawan penyakit serius sekaligus: bocor jantung, cerebral palsy, hidrosefalus, dan malnutrisi akut. Tubuh kecilnya kini hanya bisa terbaring lemah. Arfan sering mengalami kejang, sakit kepala hebat, dan tubuhnya kaku hingga sulit bergerak. Seharusnya ia menjalani pengobatan rutin dan mengkonsumsi obat kejang agar kondisinya stabil. Namun keterbatasan biaya membuat pengobatan Arfan kerap terhenti.

Ayah Arfan pergi tanpa kepastian, meninggalkan Bu Intan berjuang seorang diri. Untuk membiayai pengobatan anaknya, Bu Intan terpaksa memulung. Penghasilannya hanya sekitar Rp200 ribu–Rp500 ribu per bulan, jumlah yang bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, apalagi biaya pengobatan Arfan yang terus berjalan.

Tidak semua perawatan dan obat-obatan ditanggung BPJS. Demi Arfan tetap bisa berobat, Bu Intan terpaksa meminjam uang dari rentenir dan tetangga, hingga hutangnya menumpuk mencapai puluhan juta rupiah. Saat ini pun masih ada resep obat terakhir senilai Rp850.000 yang belum bisa ditebus, sehingga kondisi Arfan semakin memburuk.

Setiap bulan, Bu Intan harus menanggung biaya besar, mulai dari Obat jantung Arfan yang mencapai Rp1,5 juta per bulan. Botox senilai Rp3 juta, untuk membantu Arfan belajar makan dan minum lewat mulut. Iuran BPJS Rp50.000 per bulan, agar pengobatan tidak terputus. Untuk memenuhi kebutuhan gizinya, Arfan hanya bisa mengkonsumsi susu khusus seharga Rp250.000 per kaleng, yang dimasukkan melalui selang NGT di hidungnya. Setiap pemberian makan menggunakan suntikan besar tanpa jarum yang harus diganti dua hari sekali seharga Rp5.000, sementara selang NGT harus diganti seminggu sekali dengan biaya Rp70.000.

Di sisi lain, tempat tinggal mereka kini menunggak kontrakan selama empat bulan, dengan biaya Rp700.000 per bulan. Karena keterbatasan biaya, kondisi Arfan semakin memprihatinkan. Tubuhnya semakin kurus, lumpuh, tidak bisa bicara, dan pertumbuhannya jauh tertinggal. Saat tak ada uang untuk makan, Arfan hanya diberi air putih. Bahkan pernah, selama dua hari berturut-turut, ia bertahan hidup hanya dengan air galon isi ulang, tanpa makanan sama sekali.

Setiap hari, Bu Intan memulung sambil menggendong Arfan. Saat lapar, ia kerap mencari makanan sisa di tempat sampah. Bu Intan juga pernah diusir saat memulung, bahkan hampir tertabrak motor ketika membawa Arfan. Beruntung, Arfan selamat.

Meski hidup dalam keterbatasan ekstrem, Bu Intan tetap sabar dan tulus merawat anaknya. “Kadang saya kepikiran, kalau saya nggak ada nanti siapa yang mau urus Arfan,” ujarnya sambil menangis. Bu Intan bermimpi memiliki usaha kecil, agar tidak perlu lagi membawa Arfan memulung di jalanan yang berisiko bagi kesehatannya.

Penerima Manfaat beralamat di Cakung, Jakarta Timur

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Arfan dan Bu Intan, termasuk biaya pengobatan, nutrisi, dan alat medis yang sangat dibutuhkan. Jika terdapat kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lain di bawah program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	9
Donasi	Rp165.000
Tersalur	Rp0
Penerima