Setiap pagi, Nenek Umi yang sudah berusia 95 tahun perlahan melangkah keluar rumah sederhananya. Di pundaknya tergantung tas berisi keripik titipan orang lain. Dengan sisa tenaganya, nenek berjalan berkilo-kilo meter menelusuri perkotaan dan perkampungan, menawari orang-orang dagangan keripiknya.

“Kalau nggak jualan, saya mau makan apa, Nak… saya hidup sendirian…” ucap Nenek Umi pelan sambil menatap dagangannya.

Sudah 21 tahun Nenek Umi berjualan keripik milik orang lain. Tak punya modal membuatnya hanya bisa menjadi penjual titipan dengan keuntungan 500 rupiah per bungkus. Satu bungkus keripik dijual seharga tiga ribu rupiah. Hasilnya tak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Suami nenek sudah lama meninggal. Anak-anaknya merantau, sebagian tinggal dekat namun kondisi mereka juga tak jauh berbeda. Setiap hari nenek berangkat pagi dan pulang menjelang malam. Karena usia dan kondisi fisiknya, Nenek Umi sering merasa pusing dan kelelahan di jalan.

Seringkali, ia harus duduk lama di pinggir jalan atau teras rumah orang lain untuk beristirahat. Bahkan, tak jarang nenek tertidur di sana karena tubuhnya tak sanggup lagi berdiri.

“Kalau capek banget, saya duduk dulu, Nak… kadang ketiduran di pinggir jalan… kepala suka pusing,” katanya pelan.

Di usianya yang renta, tubuh nenek juga semakin rapuh. Nenek pernah pingsan saat berjualan, dan tragisnya, dagangan serta uang hasil jualannya dibawa orang. Pernah pula ia ditipu. Seseorang berpura-pura menjemputnya atas suruhan keluarga. Karena takut, nenek ikut saja. Namun di tengah jalan, nenek didorong dari motor dan semua barang jualannya dirampas. Akibatnya, nenek harus menanggung rugi Rp500.000 dan mencicil kerugian tersebut sedikit demi sedikit kepada pemilik keripik.

Untuk makan sehari-hari, nenek hanya mampu membeli setengah kilo beras. Lauk pun tak sanggup dibelinya. Nenek terbiasa makan nasi dengan garam atau cabe saja.

“Yang penting ada nasi, Nak… lauknya nggak apa-apa… saya makan sama garam juga sudah cukup,” tutur nenek dengan suara bergetar.

Di usia hampir satu abad, tak ada yang bisa nenek andalkan selain keripik jualannya. Setiap langkah kecilnya menahan sakit, menahan lapar, demi bisa bertahan hidup hari demi hari.

Sahabat Baik, mari kita bantu Nenek Umi agar tak lagi kelaparan dan bisa menjalani masa tuanya dengan layak. Donasi darimu sangat berarti untuk kehidupan beliau hari ini.

Donatur	74
Donasi	Rp1.807.398
Tersalur	Rp0
Penerima