Usianya 87 tahun. Langkahnya yang tergopoh-gopoh, tapi semangat mengajarnya tak pernah berkurang sama sekali.

Namanya Mak Neneh, seorang guru ngaji yang telah mengabdi hampir seluruh hidupnya untuk Al-Qur’an. Sejak usia 8 tahun, Mak Neneh sudah mengajar ngaji. Dulu, sambil belajar, Mak sudah diminta mengajar adik-adik di kampungnya. Dan sejak itu, tak pernah berhenti.

79 tahun mengajar tanpa pamrih. Tak pernah sekalipun Mak mematok bayaran. Kalau ada yang memberi, itu pun hanya seikhlasnya kadang uang receh, kadang seikat sayur atau sepiring nasi dan seringkali, Mak menolak jika merasa pemberian itu memberatkan orang tua muridnya.

"Emak hanya ingin lihat anak-anak tumbuh jadi orang berakhlak baik. Itu saja sudah cukup," katanya sambil tersenyum.

Mak Neneh masih aktif mengajar di madrasah kecil dekat rumahnya, ditemani sang anak yang ikut membantu mengajar. Di sela waktu mengaji, Mak pergi ke kebun. Di sana, ia menanam pisang, ubi, padi, hingga talas—apa pun yang bisa dijual atau sekadar untuk makan sehari-hari.

Hidup Mak sederhana.Ia tak pernah lelah membagikan ilmu. Tak pernah meminta balasan, yang ia inginkan hanya satu: melihat murid-muridnya tumbuh menjadi orang yang berguna bagi agama dan bangsanya.

Kini, di usia senjanya, Mak Neneh masih menginginkan satu harapa. Ingin merenovasi madrasah tempatnya mengajar, dan memiliki usaha kecil, agar bisa sedikit meringankan beban hidup tanpa harus berhenti berkebun atau mengajar.

Mak Neneh telah memberi sepanjang hidupnya, tanpa meminta apa-apa kembali.

Dana yang terkumpul juga akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mak neneh dan murid-muridnya, biaya pendidikan murid-murid yang tinggal dan belajar bersama mak serta renovasi bangunan agar lebih layak, aman dan nyaman selama proses pembelajaran. Jika ada kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lain dalam program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	189
Donasi	Rp7.556.222
Tersalur	Rp0
Penerima