Tubuh renta itu tetap ia paksa kuat. Di usianya yang hampir 70 tahun, Mak Mamas berjalan pelan menyusuri jalan, menjajakan gorengan di tampah bambu, agar ia dan cucunya bisa makan hari itu.

Teh Dede adalah cucu yang diangkat mak mamas sejak tahun 1995, saat Dede masih bayi berusia 1 tahun. Orang tuanya meninggalkan begitu saja, sebab sang ibu juga memiliki keterbatasan mental dan tak sanggup merawat. Sejak saat itu, Mak Mamas membesarkan, dan menganggap Dede sebagai cucunya sendiri.

“Dulu nenek lihat Dede nangis sendirian, nggak tega. Akhirnya nenek bawa pulang, angkat jadi cucu sendiri,” tutur Mak Mamas sambil menggenggam tangan Dede.

Kini, teh dede sudah dewasa dan hidup dengan keterbelakangan mental. Ia sering bicara dan tertawa sendiri, kadang ngamuk, dan tak jarang jadi bahan ejekan orang-orang. Itulah yang paling menyayat hati Mak Mamas melihat cucunya dipandang rendah hanya karena tak sama dengan yang lain.

Meski tubuh sering sakit-sakitan, Mak Mamas tetap jadi tulang punggung keluarga sejak suaminya wafat. Dengan tampah gorengan, ia berkeliling dari rumah ke rumah, menantang terik matahari dan menembus jalanan sawah demi sesuap nasi. Jika beruntung, ia membawa pulang Rp20 ribu. Namun sering pula dagangan tak laku, membuat mereka pulang dengan perut kosong.

“Mak kelaparan pun nggak masalah, asal Dede bisa makan dulu. Maafkan mak, De, kalau cuma bisa kasih seadanya…” ucapnya lirih.

Pernah, saat sakit hingga tak mampu berjualan, Nek Mamas hanya bisa memberi Dede nasi basi. Ia menangis semalaman, merasa bersalah tak bisa memberi makan yang layak. Sejak itu, meski tubuhnya lemah, ia memaksakan diri mengolah singkong menjadi opak dan oyek untuk dijual—asal dapur tetap mengepul.

Sepulang berjualan, Mak Mamas masih harus mengurus kambing dan bebek peninggalan suaminya. Dede sesekali membantu, seperti membersihkan rumah, mencari kayu bakar, atau rumput untuk ternak. Kadang ia ikut ke sawah membantu tetangga, tapi tak sering.

Setiap malam, sebelum tidur, air mata Mak Mamas selalu jatuh dengan doa yang sama: “Kalau mak sudah tiada, siapa yang bakal urus Dede?…”

SahabatAmal, perjuangan Nek Mamas di usia senjanya sungguh luar biasa. Meski hidup dalam kekurangan, ia tetap berkorban demi Dede yang yatim piatu dan memiliki keterbatasan mental. Kita bisa hadir menemani mereka dengan menyisihkan sebagian rezeki agar kebutuhan harian, makanan, dan tempat tinggal mereka lebih layak.

Penerima Manfaat beralamat di Kadupandak, Cianjur

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta membantu biaya pengobatan cucu angkat mak mamas yang mengalami keterbelakangan mental Jika terdapat kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya di bawah naungan program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	9
Donasi	Rp231.900
Tersalur	Rp0
Penerima