Di pinggir jalan Kota Bandung yang ramai, tampak seorang lelaki tua duduk termenung. Keringat mengalir deras di wajahnya. Tapi di balik tubuh renta itu, ada semangat yang tak pernah padam.

Setiap hari Abah Solihin (82), berjalan kaki lebih dari 20 kilometer, dari rumahnya menuju kota, bahkan sampai ke Lembang dan Rajamandala di Kabupaten Bandung Barat. Semua itu Abah lakukan demi mencari nafkah sebagai tukang pijat keliling.

Abah tidak pernah naik angkutan umum. “Mending jalan kaki, uangnya buat makan aja,” ujarnya pelan. Di pundaknya yang semakin rapuh, Abah memikul tanggung jawab untuk menafkahi istri, anak, dan dua cucunya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. Kedua cucu itu kini yatim karena orang tua mereka sudah tiada.

Pernah, karena penghasilannya tak cukup, Abah hanya meneguk air putih agar cucu-cucunya tetap bisa makan. Ia tidak pernah mematok tarif untuk jasa pijatnya. Siapa pun yang membutuhkan, akan ia bantu. Bahkan jika tak bisa membayar sepeser pun, tidak masalah.

Tapi perjuangan Abah tak selalu mulus.Pernah ia terserempet motor saat menyeberang. Pernah pula dicopet oleh orang tak berhati yang berpura-pura minta dipijat. Saat pijatan selesai, tas Abah sudah bolong uang dan barang berharganya raib begitu saja.

Kini, tubuh Abah mulai melemah. Ia tak sekuat dulu. Namun kewajiban tak pernah menua. Abah ingin berhenti keliling, ingin punya usaha warung kecil di rumah. Agar bisa tetap mencari nafkah, tanpa harus menempuh puluhan kilometer lagi.

Meski tenaganya terbatas, Abah tak pernah memasang tarif untuk jasanya. Ia terbiasa dibayar seikhlasnya, bahkan tak jarang tetap memijat meski tahu orang yang dibantunya tak memiliki uang. Tak sedikit pengalaman pahit yang ia alami: pernah terserempet kendaraan, bahkan dicopet oleh orang yang pura-pura minta dipijat.

Dalam banyak hari, Abah lebih memilih menahan lapar dan hanya minum air putih agar istri serta cucu-cucunya tetap bisa makan. Kini, di tengah tubuhnya yang kian melemah, Abah bermimpi sederhana ingin membuka warung kecil di rumah, agar tetap bisa mencari nafkah tanpa harus berjalan jauh lagi.

Di usia senjanya abah berhak untuk hidup yang lebih layak.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari Abah Solihin dan keluarganya, serta mewujudkan impian Abah untuk membuka usaha warung di rumah. Dengan usaha ini, Abah tak perlu lagi menempuh puluhan kilometer setiap hari demi mencari nafkah. Jika terdapat kelebihan dana, insyaAllah akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya yang berada di bawah naungan program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	10
Donasi	Rp182.000
Tersalur	Rp0
Penerima