Di tengah riuhnya kota kecil, di antara deru kendaraan dan suara pasar yang saling bersahutan, ada satu langkah yang tak terdengar. Langkah pelan seorang perempuan renta melangkah bukan dengan kaki, tapi dengan lutut yang sudah puluhan tahun setia menapak aspal panas.

Namanya Mak Ujun. Usianya 80 tahun. Tubuhnya kecil dan rapuh, tapi semangatnya tak pernah padam. Setiap kali langit tak hujan dan tubuhnya tak terlalu lelah, Mak Ujun akan mengenakan sepasang alas kaki dari potongan karet bekas buatan tangan tetangga yang iba melihat bentuk kakinya yang bengkok. Dengan sandal sederhana itu, ia bisa sedikit lebih nyaman melangkah, sambil berkeliling menjajakan kerupuk dari rumah ke rumah.

Kerupuk itu pun bukan miliknya. Ia hanya membantu menjual dagangan orang lain, demi mendapat upah harian yang tak seberapa. Kadang Rp30.000, kadang hanya Rp10.000. Sering kali, ia pulang tanpa membawa apa-apa, kecuali rasa lelah yang bersarang di seluruh tubuh.

Sejak lahir, Mak Ujun hidup dengan kondisi fisik yang tak sempurna. Kedua tangan dan kakinya mengalami kelainan. Ia tak bisa berjalan seperti orang kebanyakan. Tapi ia tak pernah mengeluh. Setiap hari, ia melangkah dengan tekad—bukan demi kaya, hanya agar bisa makan esok hari.

Mak Ujun tinggal seorang diri di rumah kecil yang nyaris roboh, di ujung gang sempit. Dindingnya lapuk, atapnya bocor. Tak ada suami, tak ada anak, tak ada keluarga yang tinggal bersamanya. Hanya ada suara hujan yang menetes dari langit-langit dan sesekali tetangga yang datang membawa lauk sederhana atau teman bicara.

Baginya, malam bukan waktu istirahat. Malam adalah waktu untuk menenangkan hati, untuk berdoa agar esok lebih baik.

“Mak cuma pengen makan enak… nggak tiap hari juga nggak apa-apa. Kalau bisa, Mak punya warung kecil di rumah… biar nggak harus keliling lagi. Badan Mak udah nggak kuat…”

Itulah harapan kecil dari perempuan luar biasa yang tak pernah menyerah, meski dunia seperti abai akan kehadirannya. Kisah Mak Ujun mungkin tak pernah menghiasi layar kaca. Ia bukan tokoh besar, bukan selebritis, bukan siapa-siapa, tapi perjuangannya adalah cermin ketabahan yang luar biasa.

Hari ini, kamu bisa menjadi bagian dari harapannya. Mari bantu Mak Ujun memiliki warung kecil di rumahnya agar ia tak perlu lagi menyusuri jalanan dengan lutut lelah dan senyum yang dipaksakan. Mari bantu ia menikmati makan layak, rumah yang aman, dan hari-hari tua yang lebih tenang.

Penerima Manfaat beralamat di Cililin, Bandung

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mak ujun serta membantu memberikan modal usaha. Jika terdapat kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya di bawah naungan program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	102
Donasi	Rp4.172.222
Tersalur	Rp0
Penerima