Di usia 52 tahun, Pak Anun tak kenal lelah berjuang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Meski penglihatannya kabur akibat katarak, hal itu tak menghalanginya untuk terus berjualan balon dan mainan kerajinan. Setiap hari, ia berkeliling dari pasar ke pasar, atau kadang-kadang menunggu di sudut jalan, menawarkan dagangannya kepada anak-anak yang lewat.

Pak Anun tak sendirian dalam perjuangannya. Istrinya, Bu Eni, lumpuh sejak lahir dan tak bisa melakukan aktivitas normal. Anak mereka yang masih berusia 4 tahun seringkali menemani Pak Anun berjualan. Si kecil ini menjadi semangat hidupnya di tengah tantangan berat yang harus dihadapi setiap hari. Meskipun penghasilan dari berjualan balon dan mainan tidaklah banyak, Pak Anun tetap bersyukur dan tidak pernah mengeluh.

Namun, hidup yang keras kadang membawa ujian tak terduga. Suatu ketika, Pak Anun ditipu oleh seorang pembeli yang curang. Pembeli itu memberikan uang Rp5.000 namun mengaku memberikan uang Rp20.000. Karena keterbatasan penglihatannya, Pak Anun tak bisa melihat dengan jelas nominal uang tersebut dan memberikan kembalian Rp17.000. Meski merasa sedih dan kecewa, Pak Anun tetap berusaha ikhlas, menerima ujian itu dengan tawakal.

Di balik segala kesulitan, Pak Anun tak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Ia rajin salat di masjid dan sering menjadi tukang adzan di masjid dekat rumahnya. Kehidupan Pak Anun adalah contoh nyata tentang kesederhanaan, kesabaran, dan keteguhan iman. Ia mengajarkan kita untuk tetap tegar, tak menyerah meski hidup penuh cobaan.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk membantu Pak Anun sekeluarga memiliki tempat tinggal yang lebih layak, memenuhi kebutuhan harian, serta menyediakan modal usaha. Jika ada kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lain melalui program-program kemanusiaan Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	98
Donasi	Rp2.111.000
Tersalur	Rp0
Penerima