Nggak kebayang gimana jadi Lili (16 tahun) sehari…. aja. Dari kecil, kakinya bengkok, telapak kakinya melipat ke dalam. Jalan jadi nggak seimbang, sering jatuh, dan nggak jarang di bully orang.

Ada yang pernah bilang gini ke Lili,

“Kamu bodoh! Kemana-mana pasti gak bisa fisik kayak gitu, jalan juga kayak gitu, udah berhenti sekolah aja, masa depan kamu mah nggak bakalan cerah,”

“Udah Lili maafin semua yang bully Lili Kak. Tapi kalau keinget suka nangis sendiri. Fisik gini juga bukan maunya Lili, Allah kasih karena Lili sanggup…” ucapnya lirih.

Bayangkan, bagaimana hati seorang gadis kecil harus menanggung kata-kata setajam itu?

Sang Ayah, yang seharusnya ada di samping Lili untuk membela dan menguatkannya, telah pergi meninggal saat Lili masih berusia 7 bulan dalam kandungan.

Kini hanya ada ibunya, seorang ibu tunggal, yang juga berjuang untuk bertahan hidup.

Meski penuh keterbatasan, Lili memilih untuk tidak menyerah. Setiap pulang sekolah, ia menjajakan kue basah dan voucher internet.

“Lili bantuin Ibu kak, kasian kalau berjuang sendirian, takut Ibu sakit, Lili nggak punya siapa-siapa lagi… Walaupun sebenernya kaki Lili juga sakit kalau dipake jalan jauh..” Ceritanya.

Namun seringkali, dagangan itu tak laku. Lili pulang dengan sisa kue di tangannya, dan hati yang berat.

Bayangkan, di usia remaja yang seharusnya penuh canda tawa, Lili justru memikul beban kehidupan yang terlalu berat untuk pundaknya.

Sahabat, Lili tak butuh belas kasihan, ia hanya butuh kesempatan. Kesempatan untuk tetap sekolah, untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang perawat.

Mari ulurkan tanganmu, ringankan beban Lili. Satu kebaikan kecil dari kita hari ini, bisa menjadi cahaya besar dalam hidup Lili esok.

Donatur	45
Donasi	Rp917.000
Tersalur	Rp0
Penerima