Sudah hampir 2 jam seorang lansia penjual mainan menjajakan dagangannya di tepi jalan, namun tak ada seorangpun yang beli. Ia masih tetap tersenyum dan bersemangat demi menjemput rupiah.

“Sini dibeli Dek mainannya, ada mainan sulap, bapak jual murah sini…” ujar Pak Iwan sambil menawarkan barangnya ke anak sekolah yang lewat.

23 tahun lalu anak yang selalu mereka nantikan terlahir kembar dan prematur. Kedua anak kembarnya yang bernama Wina dan Weni harus menjalani pengobatan dan terapi hingga usia mereka 2 tahun.

Seiring berjalannya waktu, salah satu anak kembarnya yaitu Wina terlihat berbeda dengan adiknya. Wina sering demam hingga kejang, dokter bilang Wina ada kelainan, harus terapi dan minum obat kejang seumur hidup.

“Kami ikhlas, apapun kondisi Wina anak kami, akan kami jaga dan rawat sebaik mungkin,”

Namun dunia seakan tak berpihak pada Pak Iwan dan sang istri. Pak Iwan di-PHK dan ia harus kehilangan pekerjaan yang sudah ia lakoni selama puluhan tahun. Tak berselang lama ia pun jatuh sakit dan harus menjalani operasi karena hernia dan ambeien akut yang dideritanya.

“Dulu saya masih mampu untuk memenuhi segala keperluan keluarga. Namun setelah saya di-PHK dan jatuh sakit, hidup kami jadi serba kekurangan. Kasian anak-anak dan istri saya,” cerita Pak Iwan.

Uang tabungan yang puluhan tahun Pak Iwan kumpulkan dari hasil bekerja kini habis. Usaha warung lotek istrinya pun harus tutup karena tak ada lagi modal.

Pak Iwan tak ingin berlama-lama jatuh dari keterpurukan karena dirinya tahu sebagai kepala keluarga harus mencari nafkah untuk keluarga kecilnya. Terlebih untuk kebutuhan sekolah Wina dan Weni memerlukan biaya yang tak sedikit.

Wina sudah mengenyam pendidikan di SLB sampai SMA dan Weni sampai perguruan tinggi.

“Meskipun kami dalam keterbatasan, anak-anak kami harus sekolah. Apapun akan saya lakukan demi anak-anak,”

Seiring berjalannya waktu, mainan anak yang dijual Pak Iwan kurang diminati karena anak-anak zaman sekarang lebih menyukai bermain gadget. Sedangkan Pak Iwan tidak mempunyai pilihan lain selain berjualan mainan karena riwayat sakit hernia yang pernah dideritanya membuat Pak Iwan tak bisa bekerja berat.

Sedangkan istrinya, Bu Lina saat ini hanya di rumah menjaga dan merawat Wina. Adiknya, Weni baru lulus kuliah dan belum mendapatkan pekerjaan. Sehari-hari Weni hanya di rumah membantu sang ibu merawat Wina.

Kondisi tangan dan kaki Wina sangat lemah, membuat ia tidak bisa menjalani aktivitas sendiri. Segala aktivitasnya seperti makan, mandi dan lainnya harus dibantu.

Penghasilan Pak Iwan yang tak seberapa, tak pernah lebih dari 30 ribu/hari harus ia cukupkan untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu Wina pun masih harus menjalani pengobatan seumur hidup.

“Setiap hari Wina selalu kejang, padahal udah rutin berobat. Apalagi kalau Wina gak berobat,”

Karena keterbatasan biaya, tak jarang mereka membawa Wina berobat ke rumah sakit menggunakan kursi roda dengan berjalan kaki. Namun kursi roda yang saat ini digunakan sudah tak layak.

Seiring berjalannya waktu, kondisi kesehatan Pak Iwan semakin menurun. Harapannya jika memiliki rezeki beliau ingin membuka warung kecil-kecilan di rumahnya agar tak perlu berjualan keliling lagi.

Sahabat, keluarga Pak Iwan sangat membutuhkan uluran tangan dari kita semua. Dengan ikut berdonasi, kita semua sudah memberikan harapan untuk kehidupan keluarga Pak Iwan yang lebih layak.

Klik "DONASI" dan berikan donasi terbaikmu.

Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan pokok dan pemberian modal usaha untuk Pak Iwan. Donasi yang terkumpul lebih akan disalurkan untuk membantu penerima manfaat lain serta keberlangsungan program sosial kemanusiaan di bawah naungan Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	400
Donasi	Rp12.063.829
Tersalur	Rp5.296.451
Penerima	1 Jompo Tersantuni 1 Pasien Terbantu