Bagi Mak Wati (79), berteman dengan kesendirian adalah hal yang biasa. Di usianya yang sudah senja, beliau tinggal sendirian setelah 20 tahun lalu suaminya meninggal dunia…

Untuk bertahan hidup, Mak jualan telur keliling. Tubuh bungkuknya dipaksa kuat untuk terus berjuang demi mengisi perutnya pada hari itu.

“Tiap hari Mak jualan telur ayam keliling. Lumayan satu butir Mak ambil untung 500 rupiah. Tapi itu juga sering banyak yang nawar, jadi paling untungnya buat Mak cuma 250 perak,”

Telur yang Mak jual bukan hasil dari ayam miliknya. Namun Mak membelinya dari warung kelontong terdekat yang Mak jual kembali.

“Kalau ngambil untungnya kebanyakan nanti gak ada yang beli. Orang-orang bilang kemahalan katanya,”

Langkahnnya tertatih, namun tubuh bungkuknya terus berjalan menyusuri beberapa pemukiman. Keringat yang sudah membanjiri tubuhnya tak pernah ia rasakan.

Dengan napas yang sudah tak beraturan, Mak terus berteriak “Telur.. Telur.. Telurnya Bu, telur…”

Di setiap langkahnya, Mak Wati berharap ada yang memanggilnya dan mau membeli telur dagangannya agar perut laparnya segera terisi.

Berkali-kali tubuh rentanya terjatuh karena jalan yang harus ia lewati licin dan terjal.

Meskipun ia ingin beristirahat di masa tuanya, namun rasa lapar seolah tak mengizinkannya. Mak terus keliling menawarkan telur ayam dagangannya.

Sahabat, sungguh pilu kisah Mak Wati yang masih harus berjuang untuk bertahan hidup. Maukah kamu sisihkan sedikit rezeki untuk meringankan beban Mak Wati dan ribuan lansia lainnya yang di masa tuanya masih harus berjuang?

Klik "DONASI" dan berikan donasi terbaikmu.

Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk bantuan kebutuhan sehari-hari Mak Wati. Donasi yang terkumpul lebih akan disalurkan untuk membantu penerima manfaat lain serta keberlangsungan program sosial kemanusiaan di bawah naungan Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	391
Donasi	Rp14.552.081
Tersalur	Rp1.200.000
Penerima	1 Jompo Tersantuni