Di usia yang sudah senja, Mak Iyok masih harus berjalan berkilo-kilometer setiap hari demi menjual minuman seharga Rp1.000 per cup. Dengan tubuh bungkuknya, ia melangkah perlahan di bawah terik matahari, berharap dagangannya habis terjual agar bisa makan hari ini.

"Alhamdulillah hari ini baru kejual 3 cup, neng… Tadi ada yang beli anak sekolah di depan," ucapnya. Sejak pukul 08.00 pagi, ia sudah berkeliling, tapi dagangannya belum banyak laku.

Mak Iyok hidup sebatang kara. Setelah suaminya meninggal, ia tak punya pilihan lain selain berjualan minuman. Rumah kecil yang ia tempati menjadi satu-satunya tempat berteduh, tapi kehidupan yang semakin sulit membuatnya harus terus berjuang.

Kadang, saat anak-anak sekolah libur, hampir tak ada yang membeli minuman Mak Iyok. Tak jarang, ia harus menahan lapar dan haus karena dagangannya belum juga laku. Dari setiap cup yang ia jual, Mak Iyok hanya mendapat untung 200 perak.

"Gak apa-apa, yang penting saya bisa bawa uang ke rumah untuk biaya makan," katanya.

Di tengah fisik yang semakin renta dan ekonomi yang sulit, Mak Iyok tetap berjuang agar bisa bertahan hidup. Ia tak mengeluh, tapi jelas beban yang dipikulnya terlalu berat.

Sahabat, kita bisa jadi harapan untuk Mak Iyok. Dengan sedikit bantuan, kita bisa membuatnya tak perlu lagi berjualan hingga kelelahan. Mari bersama-sama ringankan langkahnya dan berikan kehidupan yang lebih layak untuk hari tuanya.

Donatur	38
Donasi	Rp801.000
Tersalur	Rp0
Penerima