Di usianya yang sudah senja, Abah Endang (78) masih harus berjuang demi keluarga. Setiap hari, sejak matahari terbit, ia memikul beban seberat 20 kg di pundaknya. Bukan hanya karena usianya yang renta, tapi karena tanggung jawab yang harus ia emban.

Dengan langkah tertatih, Abah berjalan puluhan kilometer menjajakan jepit rambut. Beratnya dagangan membuat bahunya miring ke satu sisi, namun ia tetap melangkah, menembus terik matahari dan dinginnya angin sore.

"Kadang Abah berhenti dulu, duduk sebentar, tarik napas panjang. Tapi kalau dagangan belum laku, Abah harus lanjut lagi," ujarnya.

Penghasilannya? Hanya 5.000 hingga 25.000 rupiah per hari, itu pun jika ada yang membeli. Kadang, ia pulang dengan tangan kosong, tanpa satu pun jepit yang terjual. Sesampainya di rumah, bukannya beristirahat, ia membantu istrinya berjualan lotek demi mendapatkan tambahan pemasukan.

Namun, semakin hari, tubuhnya semakin lemah. Ia pernah terjatuh saat berjualan, nyaris tak bisa bangun karena beban berat yang ia bawa. Paru-parunya sering terasa sesak, membuatnya harus sering berhenti untuk sekadar mengatur napas.

Abah tak pernah mengeluh. Beliau hanya ingin bisa memiliki usaha kecil di rumah, agar tetap bisa mencari nafkah tanpa harus berkeliling jauh. Dengan begitu, ia tetap bisa bertahan dan menghidupi kedua cucunya yang sudah yatim.

Sahabat, mari kita bantu Abah Endang meringankan bebannya! Uluran tanganmu bisa menjadi jalan bagi Abah untuk memiliki usaha sendiri, agar ia tak lagi harus berjalan jauh di usianya yang sudah senja.

Donatur	13
Donasi	Rp325.000
Tersalur	Rp0
Penerima