Abah Wahyu, lelaki tangguh berusia lanjut, setiap hari membawa dagangan berisi kertas gambar, balon, dan mainan kecil lainnya, berharap ada anak-anak yang masih tertarik dengan dagangannya. Namun, di zaman sekarang, dagangan Abah kerap kali terabaikan.

Sejak istrinya terkena stroke lima tahun lalu, Abah tak punya pilihan selain mencari nafkah seorang diri. Mainan seperti kertas gambar dan balon-balonan ia jajakan dari satu sekolah ke sekolah lainnya dengan harga tak lebih dari Rp3.000 per buah. Dengan berjalan kaki, ia menjajakan dagangannya di bawah terik matahari, menanti satu per satu anak sekolah yang masih ingin membeli mainannya.

Namun, semakin hari, penjualannya makin sulit. Tak jarang, ia pulang dengan tangan kosong tanpa ada satu pun barang yang laku terjual. Padahal, di rumah, istrinya yang sakit dan dua cucu yatimnya menunggu kepulangannya dengan harapan bisa makan bersama.

Setiap siang setelah berjualan, Abah selalu bergegas pulang untuk menjaga istrinya, memastikan beliau mendapatkan makanan dan perawatan meskipun seadanya. Sang istri hanya bisa duduk, tak bisa berjalan, bahkan kesulitan berbicara. Pengobatannya terhenti karena keterbatasan biaya, sementara kebutuhan hidup tetap harus dipenuhi.

Dengan penghasilan yang tak menentu, Abah harus membagi uang yang ia peroleh untuk makan, membayar kebutuhan rumah, dan jika ada lebih sedikit, disisihkan untuk pengobatan istrinya. Namun, sering kali uang itu hanya cukup untuk sekadar membeli nasi bungkus agar mereka bisa bertahan satu hari lagi.

Harapan Abah sederhana, memiliki usaha kecil agar tak perlu lagi berjualan keliling dan bisa fokus merawat istrinya. Tapi, tanpa modal dan bantuan, impian itu sulit terwujud.

Sahabat, mari kita bantu Abah Wahyu!
Dengan donasi yang terkumpul, kita bisa meringankan beban Abah, mulai dari memenuhi kebutuhan pokok, memberikan modal usaha, hingga membantu pengobatan istrinya. Setiap bantuan yang diberikan, sekecil apa pun, akan sangat berarti bagi Abah dan keluarganya.

Donatur	388
Donasi	Rp9.506.632
Tersalur	Rp0
Penerima