Di usia senjanya, Abah Adang (80 tahun) masih berjuang seorang diri. Sejak remaja, penglihatannya hilang akibat sakit demam. Namun, keterbatasan tak membuatnya menyerah. Dengan semangat yang tak luntur, Abah memilih tetap bekerja daripada harus meminta-minta.

Setiap hari, dengan tongkat sederhana, Abah berkeliling kampung menjajakan roti dan air mineral. Ia tak bisa melihat dagangannya, tak bisa menghitung uangnya sendiri. Abah hanya mempercayakan kejujuran pembeli untuk mengambil roti dan membayarnya dengan ikhlas.

Setelah lelah berjualan, Abah kembali ke masjid, bukan untuk beristirahat, tapi untuk membersihkannya. Ia adalah marbot masjid—menyapu lantai, merapikan sajadah, dan sesekali membaca Al-Qur’an sebelum azan berkumandang.

"Lebih baik Abah berjualan daripada meminta-minta di jalanan." Ucapnya.

Di balik tubuhnya yang ringkih dan kakinya yang sering lecet karena terik matahari, Abah tetap tersenyum. Ia yakin, selama masih bisa berusaha, Allah akan mencukupi rezekinya.

"Abah Sudah Berjuang, Maukah Kita Membantu?"

Sahabat Amal, di usia senjanya, Abah Adang tetap berjuang tanpa mengeluh. Keterbatasan penglihatan tak menghalanginya untuk mencari nafkah dengan berjualan roti keliling dan menjadi marbot masjid. Semangatnya untuk mandiri patut kita dukung, agar ia bisa menjalani hari tua dengan lebih tenang tanpa harus kesulitan memenuhi kebutuhannya.

Klik "DONASI" dan berikan donasi terbaikmu.

Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk bantuan kebutuhan pokok sehari-hari bagi Abah Adang. Donasi yang terkumpul lebih akan disalurkan untuk membantu penerima manfaat lain serta keberlangsungan program sosial kemanusiaan di bawah naungan Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	318
Donasi	Rp9.394.645
Tersalur	Rp0
Penerima