Tidak ada kata menyerah. Kalimat itulah yang tepat untuk menggambarkan perjuangan Teh Lilis, seorang penjual tisu dan minuman. Ketidaksempurnaan fisiknya sudah ia alami sejak lahir.

“Kaki saya bengkok, tulang dada juga menjorok ke depan. Kadang saya sedih bukan karena kondisi saya begini, tapi karena banyak orang yang menghina dan mengejek saya. Bahkan pernah anak-anak lari karena takut sama saya. Ini bikin dagangan saya sepi,” cerita Teh Lilis.

Namun, keterbatasan fisik tak pernah menjadi alasan baginya untuk menyerah. Setiap hari, Teh Lilis mengandalkan skateboard yang kini seperti teman setianya. Skateboard itu menjadi "kaki kedua" yang membantunya bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Dengan kedua tangannya, ia mendorong tubuhnya perlahan di atas jalanan yang kasar, menyusuri panasnya aspal demi menjual dagangannya.

“Pulang-pulang tangan saya tuh suka lecet bagian dampalnya... mungkin karena tergesek aspal atau kasar jalanan ya. Perih, tapi gimana kalau nggak gini? Saya nggak ada yang usahain…” ungkapnya dengan suara lirih.

Pilu sekali, sejak ditinggal oleh kedua orangtuanya, ia hanya bergantung pada adiknya untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

Yang menyayat hati, jika jualannya tidak laku, Teh Lilis seringkali menahan lapar atau hanya bisa makan dengan nasi dan garam saja.

“Jualan itu kalau laku semua cuma dapet untung 15-20 ribu teh.. Tapi seringnya nggak laku. Nahan lapar atau makan sama garem aja udah biasa bagi saya..” Tangisnya.

Sahabat, tak mudah hidup yang harus dijalani Teh Lilis di tengah keterbatasan fisiknya. Mari bantu ringankan perjuangan Teh Lilis agar ia bisa ke luar dari masa sulitnya dan bisa mempunyai kehidupan yang lebih baik!

Donatur	30
Donasi	Rp945.000
Tersalur	Rp0
Penerima