Malam itu, jeritan seorang anak menggema di rumah kecilnya. "Ibu bangun, bu… bangun… ayo bu bangun!"

Sendi mengguncang tubuh ibunya yang terkulai lemah. Napasnya tak lagi terdengar, tubuhnya tak lagi bergerak. Ibu yang selalu ada untuknya, yang selalu memeluknya dalam hangat, kini terbaring kaku tanpa nyawa.

Hari itu, Sendi melihat sendiri bagaimana ibunya terus-menerus muntah darah. Ia tak mengerti apa yang terjadi, hanya rasa takut dan panik yang semakin membuncah. Hingga akhirnya, ibunya pergi… untuk selama-lamanya.

Tangis Sendi pecah, memanggil ibunya yang tak mungkin kembali. Tetangga berdatangan, mencoba menenangkan, tapi siapa yang bisa menggantikan pelukan dan kasih sayang seorang ibu?

"Sekarang Aku Sendiri… Aku Salah Apa?"

Sejak kecil, Sendi tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Ibunya adalah satu-satunya dunia baginya. Kini, di usianya yang masih belia, ia harus hidup seorang diri—dalam keterbatasan, tanpa siapa-siapa.

Hari-harinya penuh kesepian. Tak ada lagi yang memeluknya sebelum tidur. Tak ada lagi suara lembut yang menyapanya di pagi hari.

Namun, di balik luka hatinya, Sendi berusaha bertahan. Setiap hari, ia membawa jajanan sederhana, berjalan kaki ke sana kemari, menawarkan dagangannya kepada anak-anak yang ditemuinya. Kakinya sering sakit, tubuhnya lelah, tapi ia tetap berjalan.

"Aku salah apa, kak? Sampai semuanya pergi meninggalkan aku? Kalau aku salah, maafin aku…"

Ucapan itu ia lontarkan di tengah tangisnya, sambil menatap langit, berharap ada yang menjawab.

Terkadang, ketika rindu tak tertahankan, ia mampir ke makam ibunya. Duduk di sana, berbicara sendirian, seolah ibunya masih bisa mendengar.

"Sendi Butuh Kita, Maukah Kamu Membantu?"

Tak ada tangan yang menggenggamnya saat ia lelah. Tak ada suara yang menyemangatinya saat ia terjatuh. Tapi hari ini, kita bisa menjadi bagian dari harapan untuk Sendi.

Kita bisa menemani langkahnya, menggantikan sedikit kasih sayang yang telah ia hilangkan.

Sahabat Amal, pilu rasanya melihat perjuangan Sendi yang harus bertahan hidup seorang diri. Kehilangan kedua orang tuanya di usia yang masih belia membuatnya menjalani hari-hari penuh kesepian. Namun, ia tak menyerah. Dengan segala keterbatasannya, Sendi tetap berusaha mencari nafkah demi bertahan hidup.

Dengan donasi dari kita, Sendi bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak tanpa harus berjuang sendirian lagi…

Klik "DONASI" dan berikan donasi terbaikmu.

Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan pendidikan Sendi. Donasi yang terkumpul lebih akan disalurkan untuk membantu penerima manfaat lain serta keberlangsungan program sosial kemanusiaan di bawah naungan Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	106
Donasi	Rp2.677.000
Tersalur	Rp0
Penerima