Siang tadi bertemu Nenek ini di depan lapangan futsal, Nek Iyok namanya. Tubuhnya sudah bungkuk sekali, mata pun sudah buram dan kerap berair.

Miris rasanya mendengar kisah hidup Nek Iyok. Di usia senja, Nenek masih berjuang mati-matian demi sesuap nasi, rela panas-panasan di tengah siang bolong demi upah 200 perak/minuman gelas yang terjual.

Bagi Nenek uang 200 perak dari setiap botol yang terjual sangatlah berharga. Katanya, kalau terkumpul bisa untuk beli 1 bungkus nasi, meski itu hanya cukup untuk makan 1 kali sehari.

Nenek sebenarnya sudah tidak kuat bekerja setiap hari, tapi jika tidak bekerja, beliau hanya bisa mengganjal perutnya yang lapar dengan air putih karena tidak ada penghasilan sama sekali. Karena itu, seringnya Nenek menahan sakit dan pegal demi bisa makan nasi.

“Emak udah gak kuat keliling Nak, jadi diem disini aja nunggu pembeli. Dari jam 8 pagi baru kejual 3. Nangis karena sedih biasanya mau sore gini udah mau habis,” Ucap Nenek.

Sedih sekali, Nenek harus menjadi penjual minuman ini setelah sang suami meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Tiada lain, perjuangannya dilakukan semata-mata untuk menyambung hidupya.

Bagi Nenek, menjadi penjual minuman adalah pilihan terakhir di tengah tuntutan hidup yang berat, keterbatasan fisik, dan kondisi ekonomi yang jelas sangat sulit. Tak ada harapan Nenek selain dapat memiliki modal usaha dirumah, agar Nenek tak perlu lagi panas-panasan diluar jual minuman tuk sekedar bisa makan.

Sahabat, Nek Iyok tak akan bisa mewujudkan impiannya tanpa bantuan kita. Beliau layak hidup lebih baik di masa tuanya. Mari bersama kita bantu Nek Iyok yuk?

Donatur	790
Donasi	Rp20.440.824
Tersalur	Rp7.842.180
Penerima	1 Jompo Tersantuni