Di usia 55 tahun, hidup Mak Iim jauh dari kata layak. Ia menderita penyakit kulit langka yang membuat sekujur tubuhnya penuh luka dan benjolan. Penyakit itu belum pernah diperiksa secara medis karena sejak dulu, untuk makan saja sulit, apalagi berobat.

Setiap hari, ia berdiri di pinggir jalan menjajakan air mineral. Tubuhnya yang lemah menahan panasnya terik matahari, berharap ada yang sudi berhenti dan membeli. Tapi seringkali, yang datang justru tatapan jijik, cemoohan, dan penolakan.

“Kadang orang lihat Mak jijik… takut ketularan… jadi nggak mau beli,”
ucapnya lirih, menahan tangis

Suaminya sudah lama meninggal. Anak sulungnya pergi merantau, dan tak pernah memberi kabar lagi. Mak Iim kini hidup seorang diri. Jika sedang tidak dipanggil kerja serabutan, ia menjual air mineral. Tapi seringkali, upah kerja belum dibayar, dan Mak Iim terpaksa makan nasi dengan ikan asin tanpa minyak, karena tak punya uang untuk membeli bahan masakan.

“Banyak yang bilang Mak diguna-guna... Itu yang paling nyakitin,” katanya
“Dulu nggak pernah bisa berobat. Buat makan aja susah…”

Hari-harinya diisi rasa sakit—baik fisik maupun batin. Ia bukan hanya menanggung perih di tubuh, tapi juga luka dalam hati karena terus-menerus dihina dan dijauhi. Namun di balik semua itu, Mak Iim tak pernah kehilangan harapan. Ia ingin sembuh. Ia ingin hidup yang lebih layak. Tapi untuk itu, ia butuh bantuan dari kita semua.

Mari jadi cahaya dalam hidup Mak Iim.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya pengobatan penyakit kulit langka mak iim yang belum pernah ditangani, serta renovasi tempat tinggal. Jika terdapat kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya di bawah naungan program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	5
Donasi	Rp100.000
Tersalur	Rp0
Penerima