Tubuhnya sudah renta dan bungkuk, jalan pun sudah gemetar, namun lansia 80 tahun ini masih harus keliling puluhan kilo setiap hari jual pisang demi istrinya tak kelaparan.

Abah Aan namanya, beliau sudah berjualan selama 5 tahun. Demi pisangnya habis tak tersisa, Abah berkeliling 12 jam lamanya dari jam 10 pagi sampai 10 malam.

“Abah gak mau pulang sebelum habis Nak, soalnya pisang-pisang ini kalau di besokin pasti busuk. Doain Abah ya hari ini laris manis,” Ucap Abah.

Abah bercerita bahwa sering kali pisangnya hanya laku dua atau tiga buah saja. Jika hanya terjual sebanyak itu, Abah harus pulang dengan berjalan kaki sembari membawa kembali dagangannya.

“Kalau cuman laku segitu juga, Abah jadi gak bisa beli makan di jalan Den, nahan lapar seharian atau makan satu dua pisang ini supaya gak lemes,” Ujarnya.

Kisah perjuangan Abah di jalan pun, tak selalu mulus. Selain karena pisangnya jarang ada yang beli, Abah juga cerita kalau beliau pernah ditipu orang.

Apalagi sekarang sedang masuk di musim penghujan. Tubuh renta Abah sering kali terguyur air hujan. Kaki, tangan, dan tubuh Abah jadi sering linu dan sakit. Mau lari dan berteduh, kaki Abah sudah tak mampu. Pisang-pisangnya pun sering basah akibat guyuran air hujan tersebut.

Kesedihan tidak sampai di situ saja. Abah memiliki penyakit rabun mata yang membuatnya hanya bisa melihat menggunakan sebelah mata.

“Kerasa banget mah kalau malem Nak, gak keliatan banget.. Abah suka takut jatuh,” Lirih Abah.

Ya Allah, sungguh sedih dan prihatin melihat perjuangan Abah di sisa usianya. Abah tak tahu sampai kapan beliau bisa bertahan. Namun yang terpenting baginya, istrinya bisa makan dan terus bertahan. Selain itu beliau juga tak ingin berhenti berusaha dan berdoa.

Sahabat, mungkin kita tidak kenal dengan Abah Aan, namun apakah kamu tega membiarkan beliau dan istrinya hidup penuh rasa lapar di sisa usianya? Yuk kita bantu Abah Aan agar bisa sedikit merasakan hidup yang layak di masa tuanya.

Donatur	135
Donasi	Rp3.628.000
Tersalur	Rp1.009.596
Penerima	1 Jompo Tersantuni