Di tepi jalan desa kecil di Garut, seorang pria paruh baya tampak duduk diam di atas gerobak sederhana. Di sekelilingnya tertata sayur-sayur seadanya. Wajahnya lelah, tubuhnya tak bisa berjalan. Beliau adalah Abah Ade Gunawan usia 50 tahun, seorang penyandang disabilitas yang tetap berusaha meski dunia sedang tidak berpihak padanya.

Sejak lahir, Abah tidak bisa berjalan. Ia hanya bisa bergerak dengan menyeret kaki. Dulu, karena tak tahu lagi harus bagaimana, Abah hanya duduk di atas gerobak, menunggu belas kasih orang—terpaksa mengemis demi menyambung hidup. Tapi ia malu, ia ingin berusaha. Maka dari itu ia mulai berjualan sayur keliling.

Dengan tubuh yang hanya bisa duduk, Abah berjualan di pinggir jalan. Awalnya ia ngesot langsung di aspal tanpa gerobak—hingga tangannya luka, kakinya berdarah. Lalu datang orang baik yang membelikannya gerobak dorong. Kini, ia bisa duduk di atas gerobak itu, meski tetap butuh orang lain untuk mendorong.

Penghasilannya yang setiap hari didapat rata-rata 50 ribu. Tapi lebih sering hanya 10 ribu. Bahkan pernah hanya seribu rupiah. Abah menafkahi istri, anak perempuannya, dan tiga cucu yang masih kecil. Sang menantu sudah lama menghilang—tanpa kabar, tanpa tanggung jawab. Semua beban kini di pundak Abah.

Sering kali abah kebingungan untuk makan apa setiap harinya. Pernah, satu minggu tak makan nasi, hanya minum air putih agar perut tidak perih. Cucu-cucunya sampai harus putus sekolah, karena keterbatasan biaya. Bukan hanya tak punya uang jajan—tas, sepatu, buku pun mereka tak punya. Cucu sulungnya kini jadi penyemangat sekaligus penolong kecil, membantu mendorong gerobak Abah saat berjualan.

“Maaf ya Mak, Abah udah berusaha jualan, tapi hari ini hasilnya nol…” ucap Abah pada istrinya yang juga sakit-sakitan karena asam urat, tak bisa banyak bergerak.

Pernah, sang istri meminjam beras ke tetangga tapi ditolak dan dipermalukan. Pulang dengan tangis, dipeluk Abah yang juga tak bisa berbuat banyak. Abah Pun pernah dipukul preman, uang dan dagangannya dirampas. Tapi ia tak menyerah. Ia ingin terus berjualan, ingin terus bertahan.

Kini harapan Abah sederhana, abah ingin memiliki gerobak yang lebih layak, atau sepeda yang bisa digowes dengan tangan agar tak perlu selalu didorong. Ia juga ingin bisa buka usaha makanan kecil bersama anaknya agar tetap bisa berjualan, meski dari rumah.

“Kalau cucu-cucu saya bisa makan, Abah juga kenyang,” ucapnya pelan.

Mari bantu Abah Ade untuk bisa terus berjuang, bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk keluarga kecilnya yang menggantungkan hidup padanya. Insya Allah, bantuanmu bisa jadi harapan baru bagi mereka.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari abah dan keluarga, modal usaha, serta gerobak yang lebih layak untuk membantu abah berjualan sehari-hari. Jika ada kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lain melalui program-program kemanusiaan Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	248
Donasi	Rp5.771.499
Tersalur	Rp0
Penerima	1 Jompo Tersantuni