Kalau saja kamu berada di sana—di sebuah sudut sederhana di pelosok Indonesia, tempat anak-anak tumbuh dalam keterbatasan yang mungkin tak pernah kamu bayangkan.

Setiap hari, anak-anak di Panti Asuhan Cahaya Qolbun Salim harus menjalani hidup yang begitu jauh dari layak. Mereka makan seadanya — hanya mie instan, bahkan tidak ada yang bisa dimasak. Tidur pun tidak di atas kasur empuk, tapi langsung di lantai, beralaskan tikar, berselimutkan sarung tipis yang mulai usang.

Tak ada kenyamanan, tapi mereka tetap tersenyum. Di balik kehidupan yang serba kekurangan itu, ada satu sosok yang menjadi tiang harapan: Pak Tedi. Seorang guru honorer dengan gaji hanya Rp600.000 per bulan. Uang yang bahkan tak cukup untuk hidup satu keluarga kecil, tapi beliau gunakan untuk merawat puluhan anak yatim, di samping empat anak kandungnya sendiri.

Pak Tedi bukan orang kaya. Ia tak punya tabungan besar, atau rumah megah. Tapi ia punya hati yang luasnya tak terukur—penuh kasih, penuh ketulusan. Dengan segala keterbatasannya, ia memastikan anak-anak panti tetap bisa makan, belajar, bermain, dan tumbuh dengan cinta. Ia mengajarkan bahwa kasih sayang tak butuh kemewahan, dan bahwa kebaikan bisa hidup di tempat yang paling sederhana.

Apa yang dilakukan Pak Tedi bukanlah hal kecil. Ia sedang memikul tanggung jawab yang besar. Ia bukan hanya menyelamatkan masa depan anak-anak itu—ia sedang membangun generasi penuh harapan, dengan fondasi cinta dan keteguhan hati.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, renovasi panti agar lebih layak ditinggali, dan membantu pendidikan anak-anak panti. Jika terdapat kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya di bawah naungan program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.

Donatur	17
Donasi	Rp580.000
Tersalur	Rp0
Penerima