Pemerintah saat ini tengah berupaya menekan angka masih banyaknya rumah tidak layak huni di Indonesia. Pasalnya, di tahun 2021 saja, selama 76 tahun Indonesia merdeka dilaporkan masih ada 29,45 juta rumah tidak layak huni (detik.com). Bersyukurnya, memasuki pertengahan tahun 2022 ini angka tersebut sudah semakin berkurang.
Di antara adanya upaya pemerintah lewat program bernama Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Selain itu Beramal Jariyah juga telah beberapa kali berhasil mewujudkan mimpi-mimpi penerima manfaat yang memiliki rumah tidak layak huni menjadi lebih layak. Di antaranya lewat cerita-cerita dampak semangat #GemarBeramal dari #SahabatAmal.
Contohnya rumah untuk keluarga Pak Agus, rumah petak untuk Mak Amah, hingga perbaikan untuk rumah Mak Cicih yang berada di daerah terpencil. Simak cerita program campaign dengan dampak perbaikan infrastruktur di bawah ini selengkapnya.
Keluarga Pak Agus – “Perjuangan Pak Agus Nafkahi dan Mengurus 4 Anak Seorang Diri dari Tawarkan Jasa Bersih-Bersih Keliling!”
Cerita Pak Agus yang inspiratif. Menggerakkan banyak hati Sahabat #GemarBeramal untuk meringankan beban yang ditanggungnya. Bapak 4 orang anak ini adalah Ayah tunggal, sejak sang istri meninggal dunia beberapa tahun lalu. Anak-anaknya masih bersekolah, paling besar memiliki keterbelakangan mental.

Baca juga: Hari Anak Nasional 2022 (HAN): Ini Cerita Anak-Anak Yang Pernah Beramal Jariyah Bantu
Dalam kesehariannya, Pak Agus harus berperan sebagai Ibu yang mengurus segala keperluan anak-anaknya. Terutama sang anak pertama. Selain itu, berusaha mencari nafkah dengan berkeliling jalan kaki menawarkan jasa bersih-bersih. Jenis pekerjaan jasa tenaga apapun ia tawarkan yang terpenting bisa makan. Tak jarang ia terpaksa berpuasa, sementara hanya 1 nasi bungkus yang berhasil dibawa pulang untuk dimakan berempat anaknya.
Mereka sekeluarga tinggal di rumah tidak layak huni. Hanya satu ruangan lembap dengan alas tipis yang menjadi satu-satunya area yang tidak bocor. Tempat mereka, makan, tidur, bersama-sama. Sementara kamar mandinya pun sudah jauh dari kata layak. Untuk itu selain membantu Pak Agus yang usianya sudah sepuh menjamin kehidupan lebih untuk anak-anaknya lewat santunan.

Donasi terkumpul dari para donatur ini diutamakan untuk memberikan tempat tinggal layak untuk keluarga Pak Agus. Tak hanya untuk renovasi, membuat kamar mandi baru, rumah Pak Agus juga diisi dengan perabotan baru. Saat Tim Beramal Jariyah mengunjungi rumah barunya, ungkapan bahagia terpancar dari wajah mereka.
Mak Amah – “Mak Amah (86th) Sebatang Kara di Rumah Tak Layak Huni, Bahagiakan Hari Tuanya yang Sepi!”
Kondisi lansia sebatang kara dalam keterbatasan ekonomi masih sering Beramal Jariyah temui. Di antaranya Mak Amah. Usianya sudah hampir seabad. Namun Mak, sudah tidak punya keluarga atau kerabat lagi untuk tempatnya bergantung. Di saat stamina tubuhnya semakin lemah dimakan usia. Mak pun sudah sering sakit-sakitan. Mak Amah tidak bisa lagi bekerja di ladang atau melakukan pekerjaan kecil lainnya untuk menghidupi diri sendiri.

Ketika diajak ngobrol langsung saja, sudah sering tidak nyambung. Ia bisa bertahan hidup dari kebaikan orang-orang di sekitarnya yang mau memberikan minum atau makan seadanya. Karena tetangganya pun sama-sama pas-pasan, di rumahnya yang sempit, lembap dan gelap, Mak Amah kalau tidak ada apapun untuk dimakan hanya bisa meringkuk di atas alas tidur tipis dan keras. Menahan lapar dan mungkin sakit-sakit di sekujur tubuh. Cerita Mak Amah ini juga berhasil membawa semangat #GemarBeramal para #SahabatAmal untuk membantunya.
Baca juga: Beramal Jariyah Ajak Masyarakat Lebih Mencintai Kucing Terlantar Lewat Subsidi Steril Kucing!
Kini masa senja Mak Amah bisa terjamin lebih baik. Renovasi untuk tempat tinggal Mak sudah dilakukan. Selain itu, Mak juga diberikan kasur yang jauh lebih empuk. Peralatan makan, minum, dan perabotan lainnya yang lebih layak. Tak hanya itu, kedepannya dari donasi yang terkumpul akan terus dibagikan setiap bulannya dalam bentuk sembako dan santunan untuk keperluan Mak Amah.
Mak Cicih – “Tega! Mak Cicih (74th), Dibuang Keluarganya Dalam Kondisi Stroke!”
Tidak ada yang ingin masa tuanya dihabiskan dengan hidup dalam keterbatasan sebatang kara. Namun, itulah yang dirasakan Mak Cicih. Suaminya sudah lama sekali meninggal dunia. Mak Cicih yang terkena stroke, kemudian ditinggal oleh anak-anak dan cucunya sendiri di gubuk reyotnya di daerah terpencil. Tidak ada yang menyadari kapan keluarga Mak Cicih memutuskan pergi meninggalkannya.

Namun, dari kebaikan hati orang-orang sekitar inilah setidaknya Mak Cicih bisa tetap bertahan hidup untuk minum dan makan. Rumahnya semakin lapuk dimakan usia, dimakan rayap. Bocor dimana-mana, kayu penopangnya sudah tidak sekokoh dahulu. Seakan angin siap meniupkannya kapan saja.
Untung saja masih ada semangat #GemarBeramal dari para #SahabatAmal. Kini, rumah Mak Cicih sudah disulap menjadi lebih layak huni juga aman untuk ditinggali. Selain itu, Mak juga diberikan modal usaha untuk bisa berjualan di depan rumahnya. Semoga sedikit kebahagiaan yang dibagikan untuk Mak Amah ini bisa membuat masa tua Mak Amah lebih berwarna.
Betapa senangnya menjembatani niat beramal Sahabat untuk para penerima manfaat membutuhkan ini. Semoga tempat tinggal yang kita bantu perbaiki untuk para penerima manfaat membutuhkan ini bisa menjadi berkah panjang untuk mereka dan juga untuk kita.