Hari Lupus Sedunia dan Perjuangan Fitri

Hari Lupus Sedunia diperingati pada tanggal 10 Mei setiap tahunnya. Bermula pada tahun 2004 di Kanada, peringatan ini dibuat dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit lupus yang diderita lebih dari 5 juta orang di seluruh dunia. 

Hari Lupus Sedunia
(sumber foto: pexels.com/Chokniti Khongchum)

Sebanyak 13 negara tergabung untuk menyerukan kepada pemerintah masing-masing untuk meningkatkan dana penelitian, memberikan layanan pasien yang lebih baik dan meningkatkan data epidemiologi.

Menurut situs resmi World Lupus Day, Lupus merupakan penyakit yang menyerang sistem imunitas. Akibatnya, jaringan pada tubuh dianggap sebagai benda asing. Saat ini, Lupus dianggap sebagai penyakit berbahaya yang berpotensi merenggut nyawa penderitanya. 

Hari Lu[us Sedunia
(sumber foto: pexels.com/Armin Rimoldi)
Pada orang normal, sistem kekebalan menghasilkan protein yang disebut antibodi. Antibodi tersebut berguna untuk melindungi tubuh dari virus maupun bakteri. Namun, berbeda dengan penderita lupus. Antibodi tersebut malah menyerang tubuh dengan merusak sel-sel yang membuat penderitanya mengalami peradangan dan infeksi sistem jaringan tubuh. 

Adapun sejumlah gejala yang timbul akibat Lupus ialah: 

 

  • Ruam kulit di wajah
  • Nyeri otot dan sendi
  • Mudah lelah
  • Masalah pada ginjal 
  • Gangguang mental dan fungsi otak
  • Berat barat menurun
  • Terjadi demam tanpa penyebab yang jelas.
  • Jari tangan ataupun jari kaki tampak lebih pucat.
  • Mengalami sariawan

Kini, para penderita penyakit Lupus sudah mulai berada di sekitar kita. Salah satunya ialah Fitri Amelia (13 tahun). Gadis remaja ceria asal Tasikmalaya ini hanya mampu terbaring dan berjuang menahan segala rasa sakit di tubuhnya. 

Hari Lupus Sedunia
(sumber foto: Beramal jariyah Campaign)

Penyakit autoimun sistemik kronis ini sudah menyebabkan peradangan di sejumlah bagian tubuh Fitri, termasuk di permukaan kulit. Awalnya Fitri mengalami gatal-gatal saat bintik-bintik mulai muncul di wajahnya, hingga kulitnya melepuh seperti orang cacar air. Saat itu Fitri yang bersama orang tuanya tinggal di Tasikmalaya ini sempat memeriksakan kondisinya ke puskesmas setempat dan kemudian dirujuk ke RSHS Bandung.

Di sekolah Fitri dikenal sebagai anak yang ceria, rajin dan tak pernah bolos. Termasuk tak pernah bolos dalam mengaji dan beribadah. 

Ayah Fitri hanya seorang bekerja sebagai tukang bangunan serabutan. Itu pun dibayarnya hanya Rp. 50 ribu sekali kerja. Sampai saat ini, Fitri masih berjuang melawan Lupus yang menyerang tubuhnya. Baca selengkapnya perjuangan Fitri di sini: https://beramaljariyah.org/infak/fitrilupus